Thursday, July 5, 2007

Apa Itu Strength

Bertanyalah tentang definisi strength kepada enam pelatih atau ilmuwan olahraga, dan mungkin akan didapai empat atau lima pengertian yang berbeda, beberapa pelatih dan atlet menggunakan istilah strength yang diartikan sebagi “to have power of resistance” atau masih menjadi pemikiran.

Pengertian ini tidak terbiasa dengan yang dipahami para pelari yang mendiskusikan pelatihan ”strength” sebagi kemampuan dayatahan. Di lain pihak, pelempar atau pengangkat beban mungkin menggunakan istilah “strength” untuk menyatakan kemampuan dalam mengangkat beban yang berat. Berdasarkan contoh-contoh tersebut, perlu kiranya ditetapkan definisi dari “strength” yang bisa diterima oleh ilmuwan olahraga maupun pelatih.

Didalam kajian pustaka ilmiah, beberapa pengertian “strength” telah digunakan selama beberapa tahun. Steindler (1935) mengartikan strength merupakan “the maximum display power”. Bagaimanapun juga, sebagaimana yang dinyatakan oleh Ata (1981) pengertian ini mengandung satu istilah (power) yang tidak menjelaskan sistilah yang lain (strength).

Pengertian-pengertian selanjutnya mulai menentukan bahwa strength dan force merupakan suatu yang saling berhubungan, sebagaimana contoh Muller (1970) mengartikan strength sebagai “ gaya maksimal yang dapat dilakukan untuk melawan suatu beban yang tidak dapat bergerak dengan satu kontraksi”. Bagaimanapun, pengertian yang dikemukan oleh Muller (1970) tersebut mengimplikasikan bahwa semua strength diartikan sebuah “maximum isometric effort”.

Tidak semua ilmuwan atau praktisi keolahragaan setuju dengan pengertian tersebut, mereka menyatakan bahwa produksi gaya penting dalam “muscular endurance” (Jones 1974), kecepatan gerakan (MacCloy 1936), Nelson dan Fahrney 1965; Nelson dan Jorden 1969) dan gaya merupakan bagian yang penting untuk menghasilkan power (Berger dan Henerson 1966). Lebih jauh lagi, dalam pengertian tersebut telah dinyatakan bahwa ukuran dari kemampuan menghasilkan gaya maksimal meliputi 1 RM telah digabungkan dengan kemampuan menghasilkan power maksimal (Moss dkk, 1997; Robinson 1995).

Implikasinya adalah jika force dan strength dihubungkan kemudian strength harus dihubungkan dengan beberapa hal seperti dayatahan, kecepatan, dan power. Dengan demikian, satu pengertian strength yang merupakan satu kontraksi isometric maksimal mungkin terlalu sederhana dan tidak tepat mengartikan strength dibawah semua kondisi.

Mungkin, satu cara yang lebih baik untuk memulai memahami konsep “strength” adalah menentukannya sebagai suatu kemampuan. Dengan demikian, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai:

Strength = kemampuan dari sistem neuromuscular untuk menghasilkan suatu gaya (force)

Penggunaan definisi ini membuat strength dan force menjadi sinonim (sama). Lebih jauh lagi, penggunaan pengertian ini menghilangkan pembatasan dalam kondisi isometric sebagaimana dijelaskan sebelumnya dan mengarah lebih luas ke batasan deskriptif (seperti memberikan suatu seting keadaan). Contoh, force merupakan suatu penjumlahan dari vector dan memiliki arah dan jarak; kita juga dapat menjelaskan force didalam istilah dinamis atau stastis. Dengan demikian strength akan memiliki jarak dengan range dari 0% sampai 100% (maksimal), memiliki suatu arah yang merupakan hasil dari otot-otot yang diaktivasi dan akan menghasilkan suatu kecepatan dari pergerakan antara 0% sampai 100%.


Measurement of Strength (force)
Strength dapat diekspresikan dan diukur dalam sejumlah bentuk yang berbeda. Ada satu derajat yang tinggi dari kekhususan yang bersifat mekanis didalam pengukurang strength ini (parameter lain seperti power dan dayatahan).

Ini berarti bahwa hanya beberapa tes yang sesuai. Pengukuran stength untuk aplikasi olahraga bergantung pada beberapa faktor meliputi pola-pola gerakan, atau ketentuan-ketentuan posisi dalam pengetesan isometrik, kelajuan, besarnya pengembangan gaya, atau jenis aksi atau kontraksi otot. Beberapa jenis kontraksi otot antara lain:

1. Isometric – otot menegang (berkontraksi) tetapi tidak terjadi perubahan panjang
2. Concentric – otot menegang (berkontraksi) dan memendek
3. Eccentric – otot menegang (berkontraksi) dan memanjang
4. Plyometric – kontraksi consentric secara cepat diawali dengan sebuah kontrasi eccentric

Kontraksi jenis 2-4 adalah bersifat dinamis, dan dapat terapkan dalam berbagai pola-pola gerak yang berbeda dan pada kecepatan yang berbeda pula. Kontraksi jenis 1, adalah sebuah ekspresi dari kekuatan statis yang dapat diterapkan dalam sejumlah pola-pola posisional dan pada pembentukan force yang berbeda. Semua faktor-faktor ini dapat membuat pengukuran strength menjadi membingungkan. Memilih tes yang tepat untuk suatu cabang olahraga tertentu adalah suatu yang sangat penting.

1 comment:

ifan said...

strength memiliki arti yang berbeda-beda,masih adanya perdebatan antara ahli-ahli olahraga,klo menurut saya strength sendiri itu merupakan kemampuan maksimal seorang atlet untuk mencapai hasil yang maksimal,strength diperlukan juga pelatihan yang tepat bagi atlet itu sendiri.